Lebih Baik Mengasingkan Diri
Bukan tanpa alasan dia memilih hal yang menurut khalayak adalah pilihan yang congkak. Sudah lebih dari sepuluh tahun dia menjadi pihak yang diremehkan, negative memang bila terlihat dari luar. Mungkin hanya dia yang memahami hal tersebut atau mungkin saja ada lagi tetapi tidak berbaur dengannya. Dia mengasihani diri. Terlepas dari ketidakpastian akan seperti apa perjalanan diri yang terlekat dibenaknya, mari kita kupas hal lain yang belum semuanya tahu. Pernah kalian menjadi pusat perhatian? Sepanjang hidupnya dia selalu menjadi pusat, yang padahal dia sendiri tidak menginginkannya. Kata mereka hal yang dia lakukan berbeda dan asing, dia selalu terlihat memiliki super power yang orang lain tidak memilikinya, maka dari itu dia selalu jadi pusat tanpa dia rencanakan. Dia hanya menjadi dirinya dan mencari kenyamanan untuk dirinya dari segala sisi, entah itu standard atau yang extreme sekalipun dia akan pilih asalkan dia enjoy. Bagaimana? Setuju dengan jalan dia?
Ada lagi! Kali ini pasti semua pernah juga. Saat menjadi diri berada dalam kelompok kecil ataupun besar, dia yakin kalian pasti mengerti juga. Coba ingat hari itu, dimana kalian pernah jatuh karena kesalahan yang kalian buat dan selanjutnya kalian berusaha bangkit dan menjadi felix to fix anything, akan tetapi mereka tidak ada yang percaya dan malah menyerukan hal negatif berkepanjangan dan menjadi ejekan setiap harinya, walau tak terlihat sekalipun. Menjadi bodo amat itu paling tepat disini. Benar tidak?tapi jangan lepas kenadali.
Dia egois, dia tidak perduli, dia mengasingkan diri bukan berarti menarik diri dari semua yang ada, hanya menahan agar semua bisa berjalan lancar tanpa ada yang menyadari. Semua sumber yang di dapat tidak tepat karena tidak sesuai. Disini ada dia, mereka dan sudut ruangan di keramaian.
Tahun yang baru akan segera tiba, apa rencana dia dan kalian? Tunggu sebentar ada sedikit cerita yang ingin dia sisipkan.
Setiap pagi dia tepat waktu berada di dalam ruangan yang penuh dengan perlengkapan kantor, tigapuluh anak tangga agak sedikit memutar dia lewati. Tiba dilantai tiga, ambil dua langkah setelah anak tangga terakhir langsung belok ke kanan, cuci tangan dan mengambil cangkir lalu diisi air hangat. Menoleh ke sebelah dan semua masih sepi. Sekarang sudah ramai, dia menghela nafas dan membuangnya perpahan. Yap! Mari kita mulai menjadi dia dalam satu hari. Dia selalu duduk menghadap tembok dan mengerjakan sesuatu dengan komputernya. Tujuannya hanya satu, menghindari untuk mendengar candaan mereka tentang dia. Selalu gagal. Beberapa menit berlalu mereka mulai saling melontarkan candaan, entah darimana dia selalu dijadikan objek untuk jokes mereka.
Coba dengar kebelakang tepat enampuluh centimeter dari kursi dia duduk.
“Iya pacar kamu mana?”
“Buat aku aja ya”
“Tobat kamu”
“Bawa ruqiyah saja dia”
“Kamu kan punya kelainan”
“Jangan dekat dekat saya”
“Anggap saja kita tidak pernah kenal”
“Kamu tidak pernah mandi ya”
Haha. Sudah panas belum bacanya? Ini lah dia yang selalu jadi pusat perhatian tanpa melakukan apapun.
Dia lelah sudah sedari tahun kesepuluh lalu merasakan ini. Tentu dia pernah dan sedang menjadi kuat dari sebelumnya. Semua perlu proses, benar bukan?
Comments