ini bukan #10YearChallenge
Seseorang yang sangat berpengaruh dalam sebuah perjalan hidup.
Oh iya, apa kalian homopobia? jika iya kalian boleh berhenti membaca ini. Jika tidak masalah dengan issue tersebut silahkan lanjut membaca.
Singkat saja, aku tidak sama dengan kalian karena sejak Sekolah Menengah Pertama aku sudah memiliki rasa sayang kepada perempuan maupun juga laki-laki. Agar kalian tidak salah paham dengan "dia" yang akan menjadi topik utama dalam tulisan ini alangkah baiknya jika kalian tidak berfikiran negatif sekarang.
Sangat produktif baru beberapa bulan bergabung dengan Teater ku sudah bisa mengikuti proses Pementasan terbesar yang dibuat UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa/i)ini, dia menjadi salah satu pemain kala itu dan aku berada di belakang panggung sebagai team backstage. Empat bulan berlalu akhirnya ku bisa melihat dia pada saat pergantian tahun 2014 menuju 2015, walau saat itu dia membawa teman laki-lakinya dan ku hanya bisa melihat tanpa ada perbincangan yang asik. Mari lanjutkan, Hampir enam bulan sudah ku bergabung dengan UKM Teater di kampus dan semuanya biasa saja tidak ada yang sangat spesial. Sampai dimana tiba hari untuk meresmikan beberapa mahasiswa-mahsiswi yang sudah berproses di teater sejak awal. Semua masih buram, namun ku telah melihat dia, tentu masih belum memiliki keberanian untuk mengajak dia berkenalan secara resmi, maklum karena masih mahasiswa baru.
Tahun baru rencana baru untuk memulai berproses membuat pementasan selanjutnya. Sekitar bulan Mei 2015 sudah ada tim untuk membuat pementasan baru tersebut, dia dan aku ikut sebagai pemeran dalam pementasan. Bedah naskah, Reading naskah, Saling balas dialog, semua dilakukan sampai semua pemain hafal dan mengerti akan dialog masing-masing. Tiba hari dimana semua pemain mulai mendalami karakter masing-masing. Ini sangat luar biasa, seperti mendapat hadiah karena dia menjadi lawan dialogku dan kami diharuskan memiliki kemistri satu sama lain. Salah satu cara yang kami lakukan ialah dengan menghafal naskah bersama, makan bersama, kemana-mana bersama. Namun semua tidak berjalan lancar, bukan kami tapi pementasannya. Dari rencana awal di tahun 2015 diundur sampai di bulan Mei 2016 barulah terlaksana. Rencana luar biasa yang tidak direncanakan sama sekali, karena dia berhasil menjadi mentari di setiap detik hidupku sampai saat ini. 2017, 2018 kami bagaikan sepasang sepatu selalu bersama dan tak terpisahkan.
Pertengahan November 2018, bulan dimana aku mulai mengkoleksi air mata. Kami semua sudah lulus berkuliah, dan akhirnya kembali ke kota masing-masing. Mentari yang selama ini bisa ku genggam erat sekarang hanya tinggal kenangan, untung saja aku sempat menyimpan beberapa dokumentasi saat bersama dia. Setidaknya bisa mengurangi rasa yang dimiliki manusia saat tidak bisa menggenggam orang yang dikasihinya lagi karena jarak memisahkan. Sampai saat ini aku belum bisa menemukan jawaban Kenapa dia sangat spesial dan berhasil memiliki sepenuhnya rasa kasih sayang yang aku miliki? Kenapa harus dia? Iya, dia memang berjanji tidak akan melupakan ku dan tidak akan ada orang lain yang bisa menggantikanku, katanya. Tapi disini ku berharap dia akan menjadi yang terakhir dengan ku. Ah sial, ini hanya imajinasiku saja, karena dia tidak memiliki visi yang sama denganku. Setiap hari ku selalu mengirimkan pesan singkat kepadanya, tujuannya agar dia tidak melupakanku dan balasan-balasan dari dia pun berhasil membuat ku tetap semangat walau terkadang koleksi air mataku tetap keluar. Ini adalah akhir dan awal tahun yang tidak bersahabat denganku, karena dia dijodohkan dengan laki-laki oleh orang tuanya, dia menerima tentu dan mereka sudah menjadi sepasang kekasih sekarang. Tidak rela tentu! Orang yang ku sayang melebihi apapun kini sudah menjadi milik orang lain dan kuhanya bisa melihat dari sini. Kami masih saling mengirim pesan singkat terkadang juga berbincang via telfon atau videocall, tapi semua berbeda sekarang, Aku masih dengan perasaan yang berharap dia lebih memilih bersama ku, dengan dia dengan perasaan yang hanya dia yang tahu (tapi tetap berdialog kalau aku tidak akan dia lupakan). Beberpa kali aku harus bertemu teman-teman ku untuk menenangkan dengan menuangkan beberapa kata tentang hati kecilku yang tidak stabil ini.
Perkenalkan dia adalah mentari di setiap detik hidupku.Lulus dari Sekolah Menengah Atas membawaku pergi ke kota lain. Yes tepat! bukan tanpa alasan memilih kota tersebut, melainkan memang hanya tinggal pilihan itu saja yang bisa diambil. Rencana sudah dibuat beberapa bulan menjelang Ujian Akhir, disinilah (Semarang) kota yang berhasil ku tinggali selama 4 tahun sejak bulan Agustus 2014 sampai November 2018. Dalam benakku waktu itu adalah untuk bergabung dengan beberapa UKM yang ada di kampus, Yang lain mungkin sudah paten untuk masuk kuliah dengan tujuan jurusan masing-masing,haha waktu itu aku buta akan jurusan (jadi asal pilih masuk jurusan saja). Untuk tujuan utama masuk ke Teater sebenarnya karena ingin beradaptasi dan mungkin bisa memiliki teman baru.
Oh iya, apa kalian homopobia? jika iya kalian boleh berhenti membaca ini. Jika tidak masalah dengan issue tersebut silahkan lanjut membaca.
Singkat saja, aku tidak sama dengan kalian karena sejak Sekolah Menengah Pertama aku sudah memiliki rasa sayang kepada perempuan maupun juga laki-laki. Agar kalian tidak salah paham dengan "dia" yang akan menjadi topik utama dalam tulisan ini alangkah baiknya jika kalian tidak berfikiran negatif sekarang.
Sangat produktif baru beberapa bulan bergabung dengan Teater ku sudah bisa mengikuti proses Pementasan terbesar yang dibuat UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa/i)ini, dia menjadi salah satu pemain kala itu dan aku berada di belakang panggung sebagai team backstage. Empat bulan berlalu akhirnya ku bisa melihat dia pada saat pergantian tahun 2014 menuju 2015, walau saat itu dia membawa teman laki-lakinya dan ku hanya bisa melihat tanpa ada perbincangan yang asik. Mari lanjutkan, Hampir enam bulan sudah ku bergabung dengan UKM Teater di kampus dan semuanya biasa saja tidak ada yang sangat spesial. Sampai dimana tiba hari untuk meresmikan beberapa mahasiswa-mahsiswi yang sudah berproses di teater sejak awal. Semua masih buram, namun ku telah melihat dia, tentu masih belum memiliki keberanian untuk mengajak dia berkenalan secara resmi, maklum karena masih mahasiswa baru.
Tahun baru rencana baru untuk memulai berproses membuat pementasan selanjutnya. Sekitar bulan Mei 2015 sudah ada tim untuk membuat pementasan baru tersebut, dia dan aku ikut sebagai pemeran dalam pementasan. Bedah naskah, Reading naskah, Saling balas dialog, semua dilakukan sampai semua pemain hafal dan mengerti akan dialog masing-masing. Tiba hari dimana semua pemain mulai mendalami karakter masing-masing. Ini sangat luar biasa, seperti mendapat hadiah karena dia menjadi lawan dialogku dan kami diharuskan memiliki kemistri satu sama lain. Salah satu cara yang kami lakukan ialah dengan menghafal naskah bersama, makan bersama, kemana-mana bersama. Namun semua tidak berjalan lancar, bukan kami tapi pementasannya. Dari rencana awal di tahun 2015 diundur sampai di bulan Mei 2016 barulah terlaksana. Rencana luar biasa yang tidak direncanakan sama sekali, karena dia berhasil menjadi mentari di setiap detik hidupku sampai saat ini. 2017, 2018 kami bagaikan sepasang sepatu selalu bersama dan tak terpisahkan.
Pertengahan November 2018, bulan dimana aku mulai mengkoleksi air mata. Kami semua sudah lulus berkuliah, dan akhirnya kembali ke kota masing-masing. Mentari yang selama ini bisa ku genggam erat sekarang hanya tinggal kenangan, untung saja aku sempat menyimpan beberapa dokumentasi saat bersama dia. Setidaknya bisa mengurangi rasa yang dimiliki manusia saat tidak bisa menggenggam orang yang dikasihinya lagi karena jarak memisahkan. Sampai saat ini aku belum bisa menemukan jawaban Kenapa dia sangat spesial dan berhasil memiliki sepenuhnya rasa kasih sayang yang aku miliki? Kenapa harus dia? Iya, dia memang berjanji tidak akan melupakan ku dan tidak akan ada orang lain yang bisa menggantikanku, katanya. Tapi disini ku berharap dia akan menjadi yang terakhir dengan ku. Ah sial, ini hanya imajinasiku saja, karena dia tidak memiliki visi yang sama denganku. Setiap hari ku selalu mengirimkan pesan singkat kepadanya, tujuannya agar dia tidak melupakanku dan balasan-balasan dari dia pun berhasil membuat ku tetap semangat walau terkadang koleksi air mataku tetap keluar. Ini adalah akhir dan awal tahun yang tidak bersahabat denganku, karena dia dijodohkan dengan laki-laki oleh orang tuanya, dia menerima tentu dan mereka sudah menjadi sepasang kekasih sekarang. Tidak rela tentu! Orang yang ku sayang melebihi apapun kini sudah menjadi milik orang lain dan kuhanya bisa melihat dari sini. Kami masih saling mengirim pesan singkat terkadang juga berbincang via telfon atau videocall, tapi semua berbeda sekarang, Aku masih dengan perasaan yang berharap dia lebih memilih bersama ku, dengan dia dengan perasaan yang hanya dia yang tahu (tapi tetap berdialog kalau aku tidak akan dia lupakan). Beberpa kali aku harus bertemu teman-teman ku untuk menenangkan dengan menuangkan beberapa kata tentang hati kecilku yang tidak stabil ini.
Apakah aku harus memiliki orang baru untuk melupakan dia dan menjalani hidup baru? Atau apa yang harus kulakukan?Dia jelas tidak memiliki keinginan untuk hidup bersamaku karena ini adalah kesalahan melawan kodrat. Perempuan tidak seharusnya hidup bersama dan menyayangi seorang perempuan. Apa aku salah menyayangi perempuan? Aku pernah menyayangi laki-laki, tapi tidak pernah aku menyayangi mereka seperti atau lebih dari rasa yang kumiliki untuk dia.
Menyayangi bukanlah sesuatu hal yang buruk, tapi mengapa rasa ini tidak diperbolehkan?Tuhan saja mengajarkan kita untuk menyayangi dan mengasihi sesama manusia.
Comments