Sejenak Berfikir
Selalu membuang kesempatan, sadar akan hal itu. Terlihat berani kata mereka, namun mereka tidak sadar bahwa hanya ada satu inchi keberanian yang dimiliki. Perlu menjadi orang yang mereka anggap berani sebenarnya. Bukan anak dari keluarga yang dalam keadaan baik baik saja. Mencintai keluarga, begitu pun mereka. Berhasrat mencoba hal baru dalam hidup ini, tapi bagaimana caranya? Dapatkah kalian memberitahu? Banyak sekali kata-kata hingga berlembar-lembar pikiran yang ruwet di kepala saat ini. Ingin rasanya membelah kepala ini dan membebaskan mereka. Memang tidak pantas bila mengkritik orang lain. Lagi-lagi orang lain yang menjadi tempat untuk merenungkan seberapa tidak berdayanya keinginan ini. Lucu bukan? Merasa mereka lebih tidak berdaya, namun fakta mengatakn hal lain.
Sekarang malam ini dibawah pohon yang tenang namun ramai akan suara jangjrik berderik ditemani sorot merah lampu dari mercusuar yang jauh didepan. Dapatkah menjadi orang yang mereka lihat? Ah sudahlah. Coba lihat mereka lagi. Coba lihat mereka lagi. Coba lihat mereka lagi. Bagaimana? Apakah mereka terlihat? Tidak cukup hanya dengan ...... untuk menjadi sebelumnya. Mulai gatal, mulai menggaruk, mulai ruwet. Jadi teringat nasi ruwet pada malam itu saat pikiran ini masih belum penuh dengan warna dan coretan yang sulit untuk di buang. Mulai mengantuk, saat ini waktu menunjukan jika saya masih saya yang mudah tidur dimana saja. Menguap sudah lebih dari tiga kali.
SUDAH CUKUP!!! bisakah mendapatkan sedikit rasa bahagia? bisakah merasakan bahagia? bisa tidak tersenyum sedikit? saya mohon. Luntur janji manis itu, teruslah berpura-pura agar bisa bahagia, biarkan yang lain menderita. hahaha hina sekali. Bahkan tertawa pun sudah bukan tempatnya lagi. Cobalah sedikit saja lihat dengan kepala jernih jangan melulu lihat dengan genangan air itu. Malahan dengan dorongan emosi itu, terimakasih karena telah berani menunjukannya kepada orang lain disana. Tunggu saja waktunya nanti, lihat apa yang bisa dilakukan.
Terdengar keluhan yang memang sudah lama terpendam, menyakitkan memang. Dengan cara pikir cepat alias pendek gak karuan, hanya bisa bilang terimakasih karena rela menghabiskan waktu bersama meskipun dengan ketidak nyamanan yang menempel tajam. Melihat kembali dimana waktu itu tidak serunyam saat ini, menyenangkan bukan?! ha! Sepertinya hanya satu pihak saja yang berfikir seperti itu. Air terus mengalir disebelah kiri tempat merenung, berharap tidak mendengarnya apalah daya ruang yang kecil ini tetap bisa jelas mendengar dari balik pintu.
Diluar panas sekali, terik matahari yang tak kunjung mereda walau sore sudah hadir. Merasakan akhir. apakah ini bisa disebut seperti itu? Tapi benarkah? ahh tidak. Iya, semoga saja itu tidak benar.
Sedang berbuka puasa bersama, sebenarnya ya lebih suka hanya dengannya saja. Namun mau bagaimana dia mengajak yang lain. Mengapa harus jengkel? Turunkan sedikit sifat egois, tengok kesebelah hanya melihat saja jangan cari yang lainnya. Kalau kurang pas biarkanlah seperti itu.
Hari raya, pagi hanya memakai topi dikepala dalam posisi arah topi seratus delapan puluh derajat derajat dari wajah. Masih sejuk, ya bisa dibilang okelah setuju. Kepala keluarga berkata lepas topinya sini disimpan.
Ruangan cukup luas berisi lima meja yang sudah usang penuh dengan coretan yang hanya memiliki tiga tempat singgah si pantat. haha. Kamu bisa dengar dan lihat desebelah pintu masuk dekat jendela tepat si belakang dimana kamu duduk, mereka sedang berdiri saling berhadapan hampir membuat lingkaran kecil yang sempuran. Sepertinya mereka sedang bernegosiasi, tidak asing memang kenapa banyak yang bermain negosiasi akhir-akhir ini. Penghujung tahun akhir jenjang diploma.
Menarik. Menantang. Masih banyak yang belum diketahui.
Ini yang pertama yang ditulis berdasarkan hari kemarin yang sedang dicoba untuk diingat dan di coretkan di tempatnya, dengan sedikit bantuan si imajinasi tanpa perihal lain. Masih di ruang cukup luas namun oksigen yang dihirup lebih sedikit. Adrenalin meningkat, mulai canggung dan entah bagaimana dada ini tambah berdetak kencang seperti genderang mau perang, eits kalo ikutan nyanyi berarti kita sama. haha.
"whitch is better, i need to take the next semester or graduate with this fuckin' GPA?"
Maaf agak sedikit berkata tidak baik, tapi hanya kekesalan saja tidak bermaksud yang lain. Penuh seharian yang didalam kutipan menjadi headline.
Hampir, dua puluh enam menit lagi cahaya paling terang dan panas akan tepat berada di atas kepala kita seperti kata mereka bayangan akan terlihat sejajar dengan telapak kaki.
Sore hari hujan saat menunggu yang kita nantikan. Sebenarnya mengapa hujan sore ini, melihat dari satu minggu lalu bahkan langit cerah terlihat tanpa adanya tanda akan turun hujan. Dibalik jeruji, merah hanya sedikit sebenarnya, lihat saja sendiri hasil jepretan yang sempat disimpan.
"Bagaimana suara hujan saat jika sedang berada di ladang yang luas tanpa pepohonan yang dapat dijadikan tempat untuk berteduh?" terfikir sedikit, teringat kapan terakhir kali lepas dari gadget. Tidak sinkron, kalian tidak paham, kita sama. Sudah agak reda tapi tetap basah kalau berjalan menoleh tanpa pelindung yang anti air.
Sekarang malam ini dibawah pohon yang tenang namun ramai akan suara jangjrik berderik ditemani sorot merah lampu dari mercusuar yang jauh didepan. Dapatkah menjadi orang yang mereka lihat? Ah sudahlah. Coba lihat mereka lagi. Coba lihat mereka lagi. Coba lihat mereka lagi. Bagaimana? Apakah mereka terlihat? Tidak cukup hanya dengan ...... untuk menjadi sebelumnya. Mulai gatal, mulai menggaruk, mulai ruwet. Jadi teringat nasi ruwet pada malam itu saat pikiran ini masih belum penuh dengan warna dan coretan yang sulit untuk di buang. Mulai mengantuk, saat ini waktu menunjukan jika saya masih saya yang mudah tidur dimana saja. Menguap sudah lebih dari tiga kali.
SUDAH CUKUP!!! bisakah mendapatkan sedikit rasa bahagia? bisakah merasakan bahagia? bisa tidak tersenyum sedikit? saya mohon. Luntur janji manis itu, teruslah berpura-pura agar bisa bahagia, biarkan yang lain menderita. hahaha hina sekali. Bahkan tertawa pun sudah bukan tempatnya lagi. Cobalah sedikit saja lihat dengan kepala jernih jangan melulu lihat dengan genangan air itu. Malahan dengan dorongan emosi itu, terimakasih karena telah berani menunjukannya kepada orang lain disana. Tunggu saja waktunya nanti, lihat apa yang bisa dilakukan.
Terdengar keluhan yang memang sudah lama terpendam, menyakitkan memang. Dengan cara pikir cepat alias pendek gak karuan, hanya bisa bilang terimakasih karena rela menghabiskan waktu bersama meskipun dengan ketidak nyamanan yang menempel tajam. Melihat kembali dimana waktu itu tidak serunyam saat ini, menyenangkan bukan?! ha! Sepertinya hanya satu pihak saja yang berfikir seperti itu. Air terus mengalir disebelah kiri tempat merenung, berharap tidak mendengarnya apalah daya ruang yang kecil ini tetap bisa jelas mendengar dari balik pintu.
Diluar panas sekali, terik matahari yang tak kunjung mereda walau sore sudah hadir. Merasakan akhir. apakah ini bisa disebut seperti itu? Tapi benarkah? ahh tidak. Iya, semoga saja itu tidak benar.
Sedang berbuka puasa bersama, sebenarnya ya lebih suka hanya dengannya saja. Namun mau bagaimana dia mengajak yang lain. Mengapa harus jengkel? Turunkan sedikit sifat egois, tengok kesebelah hanya melihat saja jangan cari yang lainnya. Kalau kurang pas biarkanlah seperti itu.
Hari raya, pagi hanya memakai topi dikepala dalam posisi arah topi seratus delapan puluh derajat derajat dari wajah. Masih sejuk, ya bisa dibilang okelah setuju. Kepala keluarga berkata lepas topinya sini disimpan.
Ruangan cukup luas berisi lima meja yang sudah usang penuh dengan coretan yang hanya memiliki tiga tempat singgah si pantat. haha. Kamu bisa dengar dan lihat desebelah pintu masuk dekat jendela tepat si belakang dimana kamu duduk, mereka sedang berdiri saling berhadapan hampir membuat lingkaran kecil yang sempuran. Sepertinya mereka sedang bernegosiasi, tidak asing memang kenapa banyak yang bermain negosiasi akhir-akhir ini. Penghujung tahun akhir jenjang diploma.
Menarik. Menantang. Masih banyak yang belum diketahui.
Ini yang pertama yang ditulis berdasarkan hari kemarin yang sedang dicoba untuk diingat dan di coretkan di tempatnya, dengan sedikit bantuan si imajinasi tanpa perihal lain. Masih di ruang cukup luas namun oksigen yang dihirup lebih sedikit. Adrenalin meningkat, mulai canggung dan entah bagaimana dada ini tambah berdetak kencang seperti genderang mau perang, eits kalo ikutan nyanyi berarti kita sama. haha.
"whitch is better, i need to take the next semester or graduate with this fuckin' GPA?"
Maaf agak sedikit berkata tidak baik, tapi hanya kekesalan saja tidak bermaksud yang lain. Penuh seharian yang didalam kutipan menjadi headline.
Hampir, dua puluh enam menit lagi cahaya paling terang dan panas akan tepat berada di atas kepala kita seperti kata mereka bayangan akan terlihat sejajar dengan telapak kaki.
Sore hari hujan saat menunggu yang kita nantikan. Sebenarnya mengapa hujan sore ini, melihat dari satu minggu lalu bahkan langit cerah terlihat tanpa adanya tanda akan turun hujan. Dibalik jeruji, merah hanya sedikit sebenarnya, lihat saja sendiri hasil jepretan yang sempat disimpan.
"Bagaimana suara hujan saat jika sedang berada di ladang yang luas tanpa pepohonan yang dapat dijadikan tempat untuk berteduh?" terfikir sedikit, teringat kapan terakhir kali lepas dari gadget. Tidak sinkron, kalian tidak paham, kita sama. Sudah agak reda tapi tetap basah kalau berjalan menoleh tanpa pelindung yang anti air.